Pangkalan Susu, Langkat — Wabah penyakit influenza A menyerang lingkungan pendidikan di Desa Sei Siur. Sekitar 70 persen anak didik di Pesantren Darrul Sa’adah dilaporkan mengalami gejala flu berat dan demam tinggi yang terindikasi sebagai influenza A. Kasus ini terungkap setelah pihak pesantren membawa sejumlah santri berobat ke salah satu dokter di klinik yang berlokasi di Pangkalan Susu.
Dokter Iqbal, yang menangani para santri, menyampaikan bahwa penyakit ini sangat mudah menular dari satu individu ke individu lain dalam waktu singkat. Ia pun menyarankan agar kegiatan belajar-mengajar di pesantren diliburkan sementara untuk mencegah penyebaran yang lebih luas.
Mendapat saran tersebut, pimpinan pesantren, Ustadz Abi, bersama para guru dan pengurus, mengambil keputusan untuk menghentikan sementara aktivitas belajar selama satu minggu. Keputusan itu diambil melalui musyawarah internal setelah melihat cepatnya penularan penyakit di antara para santri. Dalam waktu singkat, belasan hingga puluhan anak dilaporkan mengalami gejala yang sama, seperti demam, batuk, pilek, serta sakit tenggorokan.
“Penyebarannya cepat sekali. Dalam waktu singkat bisa 10 sampai 20 anak langsung terkena sakit karena cepat menyebar ke yang lainnya. Karena itu kami bermusyawarah mengambil tindakan untuk meliburkan anak sekolah,” ujar Ustadz Abi saat ditemui di pesantren.
Pesantren memutuskan masa libur berlangsung selama satu minggu agar anak-anak memiliki waktu istirahat dan pemulihan, sekaligus mencegah terjadinya penularan lebih luas menjelang masa ujian yang akan berlangsung pada November mendatang.
“Dokter Iqbal bilang masa sakit ini bisa satu sampai dua minggu, namun kami memilih meliburkan sekolah selama satu minggu karena anak-anak sebentar lagi memasuki masa ujian,” tambah Ustadz Abi.
Dari keterangan salah satu guru, Aini, kasus influenza A paling banyak menyerang siswa tingkat SMP, khususnya kelas 1 dan 2. Ia menjelaskan bahwa para santri dipulangkan sementara agar tidak terjadi perkumpulan di lingkungan pesantren yang dapat mempercepat penyebaran penyakit.
“Penyakit ini banyak dialami anak kelas 1 dan 2 SMP. Mereka dipulangkan agar tidak ada perkumpulan yang bisa menyebabkan anak-anak semakin terjangkit penyakit influenza A. Kalau ada perkumpulan, itu bisa mempercepat penyebaran,” ujar Aini.
Guru tersebut juga mengungkapkan kekhawatiran terhadap kondisi lingkungan sekitar pesantren yang berada tidak jauh dari area terdampak abu PLTU batu bara Pangkalan Susu. Ia menilai paparan debu bisa saja memperburuk kondisi pernapasan anak-anak yang sedang sakit.
“Kalau di sini, takutnya makin memperburuk kondisi anak-anak karena abu PLTU. Kita kan nggak tahu ya apakah disebabkan abu PLTU atau tidak. Tapi karena sakitnya tadi di tenggorokan, seperti saya juga mengalaminya, rasanya panas sekali, maka kami memilih tindakan untuk meliburkan anak sekolah,” ucapnya.
Pihak pesantren memastikan seluruh kegiatan akan kembali berjalan normal pada 3 November mendatang. Selama masa libur, pengurus pesantren melakukan penyemprotan desinfektan di ruang kelas dan asrama, serta mengimbau para santri menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
“Mereka diliburkan satu minggu dan akan aktif kembali pada tanggal 3 November nanti,” lanjut Aini.
Kasus ini menjadi perhatian di tengah kondisi udara di kawasan Pangkalan Susu yang dalam beberapa bulan terakhir dilaporkan dipenuhi debu halus akibat aktivitas industri pembangkit listrik tenaga uap. Pengawasan kesehatan masyarakat, terutama di lingkungan pendidikan dan pemukiman sekitar, dinilai perlu ditingkatkan agar penyakit menular seperti influenza A tidak berkembang menjadi wabah yang lebih luas.




