
Kwala Langkat, 14 September 2025 – Yayasan Srikandi Lestari (YSL) telah melaksanakan pelatihan ecoprint untuk pertama kalinya di Desa Kwala Langkat untuk memanfaatkan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Kegiatan ini memperkenalkan pemanfaatan daun, bunga, dan kulit kayu yang melimpah di kawasan pesisir sebagai bahan utama ecoprint yang ramah lingkungan dan bernilai ekonomi.

Pelatihan ini diikuti oleh puluhan warga dari kelompok perempuan Jaya Lestari. Dengan memanfaatkan HHBK yang tersedia di sekitar hutan mangrove dan perkebunan rakyat, peserta belajar mengolah bahan alami menjadi motif artistik pada kain menggunakan teknik ecoprint.
Nurhayati, salah satu fasilitator pelatihan menjelaskan, HHBK seperti daun mangrove, ketapang, jati, dan bunga liar dapat menghasilkan warna dan motif yang unik. “Masyarakat di Kwala Langkat sebenarnya kaya sumber daya non kayu. Tinggal bagaimana kita mengolahnya menjadi produk bernilai jual tinggi,” ujar Nurhayati.
Peserta diajarkan teknik dasar mulai dari pengenalan jenis HHBK, proses mordanting pemilihan warna, pemilihan kain, hingga pencetakan motif. Selain itu, mereka juga dibekali cara mengolah limbah produksi agar tetap ramah lingkungan.
Salah satu peserta, Mulyani Nasution, yang merupakan Ketua Kelompok Jaya Lestari menyampaikan antusiasmenya. “Selama ini kami hanya tahu daun dan bunga itu sebagai tanaman hiasan. Ternyata bisa jadi bahan motif yang cantik. Ini peluang besar untuk usaha rumahan, daun yang tidak terpakai juga masih bisa dijadikan kompos,” katanya.

Pelatihan ini diharapkan membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat pesisir Kwala Langkat tanpa harus mengeksploitasi hutan secara berlebihan. Dengan mengolah HHBK secara kreatif, masyarakat tidak hanya meningkatkan penghasilan tetapi juga menjaga kelestarian ekosistem.
Direktur Yayasan Srikandi Lestari menyubutkan bahwa ecopritn menjadi salah satu bentuk perlawanan dan protes terhadap air laut dan hutan yang sudah semakin rusak. “Jika pada umumnya masyarakat pesisir identik dengan ikan asin, maka Kwala Langkat tidak dapat lagi menggantungkan hidupnya pada hasil laut, karena laut sudah mulai rusak dan tidak menghasilkan seperti dulu, tutup Sumiati.
Ke depan, hasil ecoprint berbasis HHBK ini akan dipamerkan pada kegiatan desa dan promosi wisata kreatif sebagai langkah memperkenalkan produk lokal Kwala Langkat ke pasar yang lebih luas.