Warga Sekitar PLTU Labuhan Angin Gelar Aksi Protes Menuntut Janji Lapangan Kerja Tak Pernah Terpenuhi

PLTU Labuhan Angin dari Jarak Dekat

Tapanuli Tengah 29 September 2025 – Masyarakat kembali melakukan demonstrasi dengan blokade jalan masuk menuju PLTU Labuan Angin pada Senin (29/09). Kekecewaan masyarakat sekitar PLTU Labuhan Angin terus memuncak. Selain persoalan kesehatan, lingkungan, dan ekonomi, kini isu ketenagakerjaan dan keselamatan menjadi pemicu aksi demonstrasi warga.

Blokade jalan ini bertujuan sebagai simbol unjuk rasa atas kewajiban perusahaan yang tidak ditepati. Sebelum jalan ini disahkah, warga dan perusaan sepakat untuk tidak perlu melakukan pembebasan lahan dengan syarat menerima putra putri daerah untuk menjadi pekerja di dalam PLTU tersebut. 

Sejumlah warga mengaku hanya sesekali dipanggil menjadi tenaga kerja kasar di lingkungan PLTU, biasanya untuk pekerjaan berisiko tinggi seperti memanjat. Kontrak yang diberikan sangat singkat, hanya sekitar satu minggu hingga 10 hari dalam setahun. “Kami hanya dipanggil kalau ada kerja berat. Itu pun setahun sekali, tidak cukup untuk menyambung hidup,” ungkap Bu Manik, Rabu (29/09).

Kondisi keselamatan kerja juga menjadi sorotan. Saat masa konstruksi PLTU dulu, hampir setiap hari terjadi kecelakaan kerja, bahkan ada yang berujung kematian. Hal itu membuat warga sempat menganggap area proyek sebagai tempat angker.

Ironisnya, mayoritas tenaga kerja yang digunakan justru didatangkan dari luar daerah, terutama Medan dan Belawan. Hal ini memicu kecemburuan sosial di tengah masyarakat lokal yang juga membutuhkan lapangan kerja. “Kami sudah sering aksi demo karena merasa dianaktirikan. Padahal masyarakat bisa diberikan pelatihan agar kompeten bekerja,” ujar Endang Sinaga.

Masalah pembebasan lahan turut memperkeruh situasi. Warga mengaku pernah menyepakati penyerahan tanah mereka untuk akses jalan menuju PLTU, dengan perjanjian bahwa keluarga mereka akan dipekerjakan di perusahaan tersebut. Namun, kenyataannya hingga kini tenaga kerja lokal yang terserap tidak sampai 10 persen.

“Janji tinggal janji. Tanah kami sudah dipakai, tapi pekerjaan justru diberikan kepada orang dari luar. Kami merasa dibohongi,” ucap Ibu Manik, salah satu warga yang juga ikut demonstrasi.

Aksi protes pun berulang kali terjadi, menuntut keadilan dan pemenuhan janji lapangan kerja bagi masyarakat sekitar. Hingga saat ini, pihak PLTU Labuhan Angin belum memberikan keterangan resmi terkait tuntutan warga tersebut.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top