Pangkalan Susu, Agustus 2025 — Yayasan Srikandi Lestari (YSL) terus mengintensifkan survei lapangan untuk memetakan dampak buruk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) terhadap masyarakat di sekitar wilayah Pangkalan Susu. Sejak Juni 2025 hingga saat ini, tim YSL telah berhasil menghimpun data dari lebih dari 100 warga yang menyampaikan keluhan terkait kesehatan, lingkungan, dan mata pencaharian mereka.
Survei ini dilakukan dengan metode wawancara langsung dan observasi lapangan, melibatkan berbagai kelompok masyarakat mulai dari nelayan, petani, hingga ibu rumah tangga. Hasil sementara menunjukkan bahwa mayoritas warga mengeluhkan gangguan kesehatan seperti batuk berkepanjangan, sesak napas, iritasi mata, dan penurunan kualitas udara. Selain itu, warga juga menyebutkan adanya penurunan hasil tangkapan ikan dan kerusakan lahan pertanian akibat debu batubara.
“Kami menemukan pola yang cukup mengkhawatirkan. Keluhan warga tidak hanya terkait kesehatan fisik, tetapi juga menyangkut penghidupan sehari-hari mereka. Dampak PLTU ini terasa langsung pada ekonomi dan kualitas hidup masyarakat,” ujar Dewi, manager of Program YSL.
YSL menyatakan bahwa survei ini merupakan bagian dari upaya advokasi berbasis data yang akan digunakan untuk mendorong pemerintah dan pihak terkait mengambil langkah konkret dalam mengatasi masalah tersebut. Organisasi ini juga menegaskan pentingnya transisi menuju energi bersih dan terbarukan untuk melindungi hak hidup dan lingkungan masyarakat.
Dalam waktu dekat, YSL berencana mempublikasikan laporan lengkap hasil survei, yang memuat analisis dampak PLTU serta rekomendasi kebijakan. Laporan ini diharapkan menjadi rujukan bagi pembuat kebijakan, peneliti, dan organisasi masyarakat sipil untuk memperkuat gerakan menuntut keadilan lingkungan di kawasan Pangkalan Susu.
