
Langkat, 13 September 2025 – Yayasan Srikandi Lestari (YSL) melakukan baseline study untuk memahami pola migrasi, memetakan kondisi sosial, ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat migran internal di wilayah dampingan. Kegiatan ini menjadi langkah awal YSL dalam merancang program pemberdayaan yang lebih tepat sasaran bagi kelompok rentan yang terdorong berpindah akibat perubahan kondisi lingkungan dan ekonomi.
Tercatat 123 orang (46 Laki-laki dan 77 perempuan) yang menjadi internal migran. Hasil awal studi menunjukkan bahwa sebagian besar migrasi disebabkan oleh hilangnya mata pencaharian akibat kerusakan lingkungan seperti deforestasi, aktivitas industri ekstraktif, dan illegal logging. Banyak warga yang terpaksa berpindah dari desa ke kawasan pesisir dan perkotaan untuk mencari sumber penghidupan baru.
Dari sisi akses layanan dasar, pendidikan bagi anak-anak migran relatif masih terpenuhi, namun layanan kesehatan sering kali harus ditanggung secara mandiri tanpa dukungan pemerintah. Sementara dari aspek ekonomi, sebagian migran mengalami peningkatan pendapatan, tetapi tidak sedikit pula yang justru menghadapi penurunan kesejahteraan karena pekerjaan baru yang tidak menentu.

Direktur YSL, Sumiati, menjelaskan bahwa studi ini penting untuk memahami dinamika mobilitas masyarakat di tingkat tapak.
“Migrasi bukan hanya soal perpindahan tempat, tetapi juga cerminan ketimpangan dan dampak krisis lingkungan yang semakin terasa. Melalui data ini, kami ingin memastikan intervensi yang kami lakukan benar-benar menjawab kebutuhan mereka,” ujarnya.
Melalui baseline study ini, YSL berkomitmen memperkuat kolaborasi dengan lembaga sosial, pemerintah daerah, dan mitra filantropi agar program pemberdayaan yang dirancang mampu mengembalikan martabat serta kemandirian masyarakat migran internal.