
Kwala Langkat, 16 September 2025 – Yayasan Srikandi Lestari (YSL) kembali menunjukkan komitmennya dalam menjaga lingkungan pesisir dengan melakukan penanaman nipah dan Mangrove di Desa Kwala Langkat pada Selasa (16/09). Aksi ini melibatkan sekitar 25 anggota kelompok dampingan Jaya Lestari, dengan total 5.000 bibit nipah berhasil ditanam di pesisir yang kian gundul akibat abrasi dan alih fungsi lahan.
Kegiatan ini tidak hanya berfokus pada pemulihan lingkungan, tetapi juga memperkuat peran kelompok perempuan dalam menjaga ekosistem. Sebagian besar anggota kelompok Jaya Lestari adalah perempuan pesisir yang sehari-hari menggantungkan hidup pada hasil laut dan hutan mangrove. Mereka aktif menjadi garda terdepan dalam mengelola pesisir secara berkelanjutan.
Menurut Muliyani Nasution, ketua kelompok Jaya Lestari, nipah dan mangrove dipilih karena memiliki banyak manfaat ekologis dan ekonomis. Tanaman nipah mampu menahan abrasi, menyerap karbon, dan menjadi habitat penting bagi berbagai spesies ikan, kepiting, dan satwa lain. “Selain itu, nipah juga bernilai ekonomi karena daunnya bisa dimanfaatkan untuk atap tradisional, anyaman, rokok nipah dan bahan baku gula nipah. Dengan demikian, tanaman ini memberikan dampak ganda: menjaga lingkungan sekaligus menunjang mata pencaharian masyarakat” ujar Muliyani.
Penanaman nipah ini bukan sekadar menanam pohon, tetapi juga membangun kesadaran kolektif masyarakat pesisir, khususnya perempuan, untuk menjadi aktor penting dalam pelestarian lingkungan. Mereka bukan hanya penerima manfaat, tapi juga pelaku utama perubahan.

Kegiatan ini juga menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya mangrove sebagai benteng alami dari krisis iklim. Wilayah pesisir Kwala Langkat selama beberapa tahun terakhir mengalami abrasi yang cukup parah. Kehadiran nipah dan mangrove diharapkan mampu memulihkan fungsi ekologis pesisir sekaligus melindungi permukiman warga dari ancaman banjir rob dan gelombang tinggi.

YSL menegaskan pihaknya akan melakukan monitoring berkala untuk memastikan bibit nipah yang ditanam dapat tumbuh optimal. Monitoring ini juga dilakukan bersama kelompok Jaya Lestari agar mereka memiliki kapasitas dalam pengelolaan mangrove jangka panjang.
Kedepannya, program ini diharapkan bisa menjadi contoh bagi daerah pesisir lainnya bahwa pemulihan ekosistem bisa dilakukan sejalan dengan pemberdayaan masyarakat, terutama perempuan. Dengan cara ini, upaya adaptasi terhadap perubahan iklim sekaligus peningkatan ekonomi lokal dapat berjalan beriringan