
Langkat, 13 Agustus 2025 – Momentum peringatan sejarah Brandan Bumi Hangus di Pangkalan Brandan, Kabupaten Langkat, dimanfaatkan oleh Yayasan Srikandi Lestari (YSL) untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai akses layanan sosial dan perlindungan migran.
Peristiwa Brandan Bumi Hangus yang terjadi pada 13 Agustus 1947 dikenal sebagai simbol pengorbanan rakyat Indonesia, ketika pejuang dan warga setempat membakar kilang minyak agar tidak jatuh ke tangan Belanda. Setiap tahun, peringatan ini digelar meriah dengan upacara, drama teatrikal, hingga bazar rakyat yang menyedot perhatian ribuan pengunjung dari berbagai daerah.
Di tengah keramaian inilah, tim YSL turun langsung dengan membagikan brosur berisi informasi layanan sosial seperti Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT), dan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan Nasional (PBI-JKN). Tidak berhenti pada sosialisasi satu arah, tim juga membuka ruang dialog melalui tanya jawab singkat dengan masyarakat.
Respons warga cukup antusias. Banyak yang menuturkan pengalaman mereka terkait sulitnya mengakses bantuan. Menariknya, sebagian pedagang yang meramaikan bazar ternyata merupakan migran internal dari Medan. Mereka rutin berpindah kota mengikuti acara besar, membayar biaya lapak sekitar Rp300.000, dan menjadikan kegiatan musiman ini sebagai sumber nafkah utama. Namun, sebagian besar mengaku belum mengetahui prosedur untuk mendapatkan bantuan pemerintah.
“Saya selama ini tidak pernah dapat bantuan, padahal saya tergolong tidak mampu. Sementara di kampung saya, orang-orang yang sudah kaya justru mendapatkan bantuan. Kenapa bisa begitu?” keluh Vina, seorang pedagang aksesoris asal Medan.
Menanggapi hal tersebut, Namira, anggota tim YSL, menjelaskan alur pengajuan bantuan sosial. Menurutnya, data awal berasal dari Kepala Dusun, yang kemudian diajukan melalui sistem DTSEN untuk diverifikasi Dinas Sosial. Ia juga menekankan adanya jalur koreksi apabila ditemukan penerima bantuan yang tidak tepat sasaran.
“Kalau ibu memenuhi kriteria, kadus bisa mendaftarkan. Jika ada ketidaksesuaian, masyarakat bisa menggunakan aplikasi Cek Bansos untuk mengajukan sanggahan,” ujarnya.
Kegiatan ini menjadi salah satu upaya YSL untuk memperluas literasi sosial di kalangan masyarakat rentan, terutama kelompok migran internal yang kerap luput dari perhatian pemerintah. Dengan adanya edukasi ini, diharapkan semakin banyak warga yang mengetahui hak-hak mereka dan mampu memperjuangkan akses terhadap perlindungan sosial secara adil.
