Silangkitang, Tapanuli Utara — Warga Desa Silangkitang mengaku sejak kehadiran PT Sarulla Operations Ltd. (SOL), hasil panen dari hutan dan ladang mereka terus menurun. Tanaman-tanaman yang selama ini menjadi tumpuan ekonomi warga seperti pete, durian, kemenyan, dan hasil hutan lainnya kini tak lagi berbuah lebat seperti dulu (30/05).
Informasi ini diperoleh dari salah satu petani di Desa Silangkitang. Ia menyebutkan bahwa perubahan sangat dirasakan sejak 6 tahun terakhir. Musim panen yang dulu bisa diprediksi kini tak menentu, bahkan saat panen tiba, hasilnya jauh berkurang.
“Kalau pun ada buah, ukurannya kecil-kecil dan tidak banyak,” ujarnya dengan menghela napas.
Menurut petani tersebut sebagian warga juga mengaku kehilangan lahan pertanian mereka. Beberapa area yang dulunya menjadi tempat menanam padi dan tanaman pangan lainnya kini telah beralih fungsi menjadi lokasi bangunan dan jalur pipa milik PT SOL. Akibatnya, warga harus mencari cara lain untuk bertahan hidup. Sebagian petani kini terpaksa menyewa lahan di desa lain, sementara yang lain memilih mencari nafkah di luar desa dengan berdagang kecil-kecilan.
“Dulu kami bisa hidup dari hasil ladang sendiri, sekarang banyak yang tidak punya tanah lagi. Sawah kami terpaksa di jual untuk membangun pipa SOL ini dan bangunan PT nya” tambahnya.
Petani tersebut menduga bahwa dampak lingkungan dari proyek panas bumi tersebut ikut memengaruhi hasil panen dan kehidupan masyarakat disana.
“Sejak proyek itu jalan, semua terasa beda. Hasil hutan berkurang, panen tak tentu, tanah juga tak seperti dulu lagi,” katanya menutup pembicaraan.





