
Medan, 27 September 2025 — Yayasan Srikandi Lestari (YSL) menyerahkan data 218 warga internal migran kepada Rumah Yatim Medan, sebagai tindak lanjut dari audiensi yang dilakukan sebelumnya. Data tersebut mencakup anak yatim, keluarga dhuafa, dan penyandang disabilitas yang selama ini belum tercakup dalam program perlindungan dan jaminan sosial. sebagai langkah alternatif untuk memastikan kelompok rentan tetap mendapatkan akses bantuan sosial dan dukungan kesejahteraan.
Langkah ini merupakan bagian dari upaya YSL dalam menghubungkan kelompok rentan, khususnya anak yatim dan dhuafa yang berpindah tempat tinggal di dalam wilayah Sumatera Utara agar bisa kembali terhubung dengan program bantuan sosial seperti santunan, bantuan pendidikan, atau bantuan yang relevan dengan kebutuhan mereka sekaligus memperjuangkan hak-hak dasar kelompok yang rentan terpinggirkan akibat status kependudukan dan minimnya respons pemerintah daerah dalam menjangkau warga migran internal.
Berdasarkan hasil pemantauan YSL di lapangan, banyak keluarga migran internal tidak terdaftar dalam sistem perlindungan sosial karena kendala administratif dan lemahnya koordinasi antarinstansi. Mereka yang berpindah dari kabupaten atau desa lain kerap tidak tercantum dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS), sehingga tidak teridentifikasi sebagai penerima manfaat program sosial.
“Kita menemukan banyak kasus warga yang sebenarnya berhak menerima bantuan, namun tidak terdata di DTKS sehingga tidak pernah mendapatkan bantuan atau dukungan dari pemerintah,” ujar Ade Hutasoit, perwakilan YSL.
Kondisi tersebut membuat banyak anak yatim dan dhuafa kehilangan haknya untuk mendapatkan jaminan kesehatan atau bantuan pendidikan. YSL menilai bahwa pemerintah daerah belum memiliki mekanisme yang memadai untuk menjangkau warga yang berpindah secara internal, padahal kelompok inilah yang paling rentan terhadap kemiskinan dan ketidakpastian ekonomi.
Melihat kondisi tersebut, YSL mencari alternatif kolaborasi dengan lembaga swasta dan filantropi yang memiliki jaringan bantuan sosial mandiri. Salah satunya adalah Rumah Yatim Medan, lembaga sosial yang berfokus pada peningkatan kesejahteraan anak yatim dan dhuafa melalui program pendidikan, bantuan ekonomi, dan santunan kemanusiaan.
Dalam audiensi sebelumnya, Rumah Yatim telah menyampaikan kesediaan untuk menerima data warga rentan tersebut sebagai dasar pertimbangan program bantuan tahun mendatang.
Meski saat ini mereka masih memprioritaskan anak binaan internal, pihak lembaga membuka ruang kerja sama lanjutan dengan YSL untuk menjangkau kelompok di luar binaan.
“Kami memahami kebutuhan masyarakat ini mendesak. Kami akan meninjau data tersebut dan mempertimbangkan bentuk kolaborasi pada periode bantuan berikutnya,” ujar salah satu perwakilan Rumah Yatim Medan.
YSL memandang bahwa sinergi antara lembaga sosial masyarakat dan filantropi menjadi krusial dalam menutup celah pelayanan publik. Ketika program pemerintah belum mampu mengakomodasi seluruh kelompok rentan, khususnya migran internal, peran lembaga seperti Rumah Yatim menjadi jembatan penting agar hak-hak dasar tetap terpenuhi.
“Pemerintah memiliki tanggung jawab, tetapi dalam praktiknya tidak semua bisa dijangkau oleh sistem. Karena itu, kami berusaha menghubungkan warga dengan lembaga-lembaga yang memiliki kepedulian dan sumber daya,” ungkap Ade Hutasoit.
Upaya ini juga sejalan dengan strategi YSL dalam Direct Assistance Social Protection Schemes, yaitu mendorong pendaftaran warga migran ke berbagai bentuk bantuan sosial, baik yang bersumber dari negara maupun swasta. YSL berharap kolaborasi ini menjadi awal dari gerakan bersama untuk memastikan tidak ada warga migran yang tertinggal dari sistem perlindungan sosial.
Selain dengan Rumah Yatim, YSL juga sedang menjajaki kerja sama serupa dengan lembaga swasta lainnya, agar cakupan bantuan semakin luas dan berkelanjutan.
“Kami ingin memastikan bahwa setiap anak yatim, dhuafa, dan penyandang disabilitas tetap memiliki tempat untuk berlindung dan kesempatan untuk hidup layak, meski sistem negara belum sepenuhnya berpihak,” tutup Ade Hutasoit.